MEMOTIVSASI SISWA UNTUK MENGHADAPI UN MELALUI KREATIVITAS SENI MUSIK
Oleh : SURJANTO BUDIWALUJO
A. Latar Belakang
Diberlakukannya fenomena belajar yang kemudian diakhiri dengan Ujian Nasional (UN) memicu siswa bahwa prestasi seseorang yang paling dihargai adalah prestasi akademiknya. Prestasi akademik yang dimaksud berupa angka-angka tinggi menjadi kebanggaan dan sangat didewa-dewa siswa, guru, orang tua dan masyarakat pada umumnya, serta pemerintah. Seolah-olah dengan semua itu masa depan seseorang sudah pasti terjamin. Itu sebabnya, sebagai lembaga pendidikan, sekolah yang mestinya membekali siswa dengan rupa-rupa kecakapan hidup (life skill) guna menghadapi masa depan dengan permasalahannya yang sangat kompleks berubah menjadi lembaga yang (hanya) bertugas mencetak anak-anak pandai.
Untuk memenuhi tuntutan mencetak anak-anak pandai dalam hal akademik akhirnya guru dan sekolah terjebak pada kegiatan mengajar belajar yang berpusat pada otak kiri (pusat kecerdasan intelektual). Sebaliknya, otak kanan sebagai pusat kecerdasan kreativitas dan seni dengan terpaksa ditinggalkan. Kecenderungan fenomena mengajar belajar seperti itu tiap tahun makin intensif mendekati bulan April. Intensitas semacam itu tidak menutup kemungkinan justru anak dilanda ketakutan dalam menghadapi UN, sehingga mereka bisa merasa cemas, gelisah dan bahkan stres yang akhirnya bisa fatal mengakibatkan tidak lulus UN.
Padahal, pakar pendidikan sepakat bahwa seseorang diberi predikat cerdas tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ) saja, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual (ESQ). Begitu juga kesuksesan hidup, ternyata membutuhkan kecerdasan IQ dan ESQ.
Berpijak dari uraian dimuka, maka agar anak tidak merasa cemas, gelisah dan stres untuk menghadapi UN, maka perlu diberi kebebasan belajar berkreasi, berinovasi melalui pertunjukkan seni musik. Pertunjukan seni musik merupakan salah satu bentuk mengajar belajar dengan memusatkan fungsi otak kanan.
B. Permasalahan
Menjelang UN tidak ada lagi apa yang disebut mengajar belajar yang menyenangkan, kreatif, efektif, apalagi inovatif. Seluruh sumber daya sekolah seolah dipersiapkan dan diarahkan untuk menghadapi UN. Mengajar belajar difokuskan sepenuhnya untuk meraih persentase lulusan yang tinggi, bahkan kalau mungkin dengan rata-rata nilai yang tinggi pula. Padahal, tiap anak memiliki sifat dan keunikan belajar yang berbeda satu sama lain dalam kondisi, waktu, situasi, emosi, dan cara menyesuaikan dengan lingkungannya.
Di lain sisi, pemerintah dalam hal ini Depdiknas menetapkan bahwa nilai UN dipakai sebagai “salah satu syarat” kelulusan juga menghimbau agar dalam menghadapi UN sekolah mampu menciptakan kondisi yang sejuk bahwa UN tidak perlu ditakuti.
C. Tujuan
Digelarnya pentas seni musik jelang UN bertujuan :
1. Memberikan wadah bakat, minat, kreativitas, dan inovasi bagi anak sebagai bukti bahwa SMK YP 17-1 Madiun tidak hanya mengajar belajar hal-hal yang bersifat akademik tetapi juga mengajar belajar hal-hal yang bersifat bebas, kreatif, partisipatif secara aktif berupa unjuk kerja keterampilan bermain seni musik.
2. Menciptakan suasana segar dan gembira jelang pelaksanaan UN agar UN bukan untuk ditakuti dan dicemaskan. (memberikan suasana aman dan bebas secara psikologis)
3. Pentas seni musik merupakan satu-satunya strategi sukses UN di SMK YP 17-1 Madiun.
D. Harapan yang Ingin Dicapai
1. Semakin meyakinkan siswa, guru, orang tua, masyarakat, dan pemerintah bahwa mengajar belajar yang berpusat pada otak kanan memiliki penghargaan yang sama pentingnya dengan mengajar belajar yang berpusat pada otak kiri.
2. Optimalisasi fungsi otak kanan dapat semakin menyadarkan bahwa model mengajar belajar dengan pendekatan partisipatif mampu membuat anak mau belajar. Membuat anak mau belajar itulah tujuan utama belajar di sekolah. Sebab, kemauan belajar merupakan kondisi yang harus ada jika guru menginginkan anak dapat menyerap dan menguasai materi yang diajarkan.
3. Memberikan wawasan bahwa kesuksesan UN tidak identik dengan kesuksesan hidup seseorang di masa datang.
4. Mengajak masyarakat agar tahu bahwa UN sebagai penentu kelulusan bukan tujuan utama sistem pendidikan nasional.
Madiun, 30 Desember 2008
Kepala Sekolah
Surjanto Budiwalujo
Oleh : SURJANTO BUDIWALUJO
A. Latar Belakang
Diberlakukannya fenomena belajar yang kemudian diakhiri dengan Ujian Nasional (UN) memicu siswa bahwa prestasi seseorang yang paling dihargai adalah prestasi akademiknya. Prestasi akademik yang dimaksud berupa angka-angka tinggi menjadi kebanggaan dan sangat didewa-dewa siswa, guru, orang tua dan masyarakat pada umumnya, serta pemerintah. Seolah-olah dengan semua itu masa depan seseorang sudah pasti terjamin. Itu sebabnya, sebagai lembaga pendidikan, sekolah yang mestinya membekali siswa dengan rupa-rupa kecakapan hidup (life skill) guna menghadapi masa depan dengan permasalahannya yang sangat kompleks berubah menjadi lembaga yang (hanya) bertugas mencetak anak-anak pandai.
Untuk memenuhi tuntutan mencetak anak-anak pandai dalam hal akademik akhirnya guru dan sekolah terjebak pada kegiatan mengajar belajar yang berpusat pada otak kiri (pusat kecerdasan intelektual). Sebaliknya, otak kanan sebagai pusat kecerdasan kreativitas dan seni dengan terpaksa ditinggalkan. Kecenderungan fenomena mengajar belajar seperti itu tiap tahun makin intensif mendekati bulan April. Intensitas semacam itu tidak menutup kemungkinan justru anak dilanda ketakutan dalam menghadapi UN, sehingga mereka bisa merasa cemas, gelisah dan bahkan stres yang akhirnya bisa fatal mengakibatkan tidak lulus UN.
Padahal, pakar pendidikan sepakat bahwa seseorang diberi predikat cerdas tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual (IQ) saja, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual (ESQ). Begitu juga kesuksesan hidup, ternyata membutuhkan kecerdasan IQ dan ESQ.
Berpijak dari uraian dimuka, maka agar anak tidak merasa cemas, gelisah dan stres untuk menghadapi UN, maka perlu diberi kebebasan belajar berkreasi, berinovasi melalui pertunjukkan seni musik. Pertunjukan seni musik merupakan salah satu bentuk mengajar belajar dengan memusatkan fungsi otak kanan.
B. Permasalahan
Menjelang UN tidak ada lagi apa yang disebut mengajar belajar yang menyenangkan, kreatif, efektif, apalagi inovatif. Seluruh sumber daya sekolah seolah dipersiapkan dan diarahkan untuk menghadapi UN. Mengajar belajar difokuskan sepenuhnya untuk meraih persentase lulusan yang tinggi, bahkan kalau mungkin dengan rata-rata nilai yang tinggi pula. Padahal, tiap anak memiliki sifat dan keunikan belajar yang berbeda satu sama lain dalam kondisi, waktu, situasi, emosi, dan cara menyesuaikan dengan lingkungannya.
Di lain sisi, pemerintah dalam hal ini Depdiknas menetapkan bahwa nilai UN dipakai sebagai “salah satu syarat” kelulusan juga menghimbau agar dalam menghadapi UN sekolah mampu menciptakan kondisi yang sejuk bahwa UN tidak perlu ditakuti.
C. Tujuan
Digelarnya pentas seni musik jelang UN bertujuan :
1. Memberikan wadah bakat, minat, kreativitas, dan inovasi bagi anak sebagai bukti bahwa SMK YP 17-1 Madiun tidak hanya mengajar belajar hal-hal yang bersifat akademik tetapi juga mengajar belajar hal-hal yang bersifat bebas, kreatif, partisipatif secara aktif berupa unjuk kerja keterampilan bermain seni musik.
2. Menciptakan suasana segar dan gembira jelang pelaksanaan UN agar UN bukan untuk ditakuti dan dicemaskan. (memberikan suasana aman dan bebas secara psikologis)
3. Pentas seni musik merupakan satu-satunya strategi sukses UN di SMK YP 17-1 Madiun.
D. Harapan yang Ingin Dicapai
1. Semakin meyakinkan siswa, guru, orang tua, masyarakat, dan pemerintah bahwa mengajar belajar yang berpusat pada otak kanan memiliki penghargaan yang sama pentingnya dengan mengajar belajar yang berpusat pada otak kiri.
2. Optimalisasi fungsi otak kanan dapat semakin menyadarkan bahwa model mengajar belajar dengan pendekatan partisipatif mampu membuat anak mau belajar. Membuat anak mau belajar itulah tujuan utama belajar di sekolah. Sebab, kemauan belajar merupakan kondisi yang harus ada jika guru menginginkan anak dapat menyerap dan menguasai materi yang diajarkan.
3. Memberikan wawasan bahwa kesuksesan UN tidak identik dengan kesuksesan hidup seseorang di masa datang.
4. Mengajak masyarakat agar tahu bahwa UN sebagai penentu kelulusan bukan tujuan utama sistem pendidikan nasional.
Madiun, 30 Desember 2008
Kepala Sekolah
Surjanto Budiwalujo
bpak pmimpin yg bijaksana,terima kasih pak!alumni smk 17 thun 2009.mngucpkan skses bwt smk yp 17-1 madiun
BalasHapus